Monday, February 20, 2012

BAGAIMANA MENGURUS PATEN ? Tindak Lanjut Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk Peneliti, Pencipta dan Perekayasa Teknologi

Tentang HKI (Hak Kekayaan Intelektual).
HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) atau saat ini disebut sebagai HKI (Hak Kekayaan Intelectual) merupakan terjemahan atas istilah ''Intellectual Property Right'' (IPR), Hak Kekayaan Intelektual tersebut yang selanjutnya akan kami tulis sebagai HKI.

HKI merupakan hak-hak yang secara hukum diberikan untuk melindungi, kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya yang mempunyai nilai ekonomi bagi usaha-usaha kreatif.
Pemahaman terhadap perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di masyarakat kita masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan berbagai pelanggaran terhadap HKI dimasyarakat, seperti penjiplakan/pembajakan suatu teknologi, Lagu, Buku, Merk suatu produk dan berbagai hal lainnya yang pada akhirnya berujung pada urusan pengadilan. Selain itu masih banyak dari kalangan akademisi, peneliti, pencipta dan perekayasa teknologi belum/tidak tahu bagaimana melindungi hasil-hasil kreasi, rekayasa, cipta dan penelitian yang telah mereka lakukan untuk mendapat perlindungan dari negara, sehingga dapat digunakan secara ekonomi.
Kerancuan terjadi tentang definisi HKI dimasyarakat, dimana masyarakat memahami HKI sebagai PATEN saja. Hal ini berkaitan dengan segala perlindungan yang berkaitan dengan kekayaan intelektual masyarakat menyebutnya hanya sebagai PATEN. Padahal Paten adalah salah satu dari 9 jenis perlindungan HKI. Sebagai contoh , baru-baru ini kita dengar diberbagai media massa (cetak dan elektronik), bahwa salah satu artis bernama Mbah Surip (Alm.) akan mematenkan Tawa-nya. Kata mematenkan adalah kesalahan dalam memahami perlindungan atas kekayaan intelektual, karena tawa tidak memenuhi kriteria dalam perolehan Paten.

A. Jenis HKISecara umum pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak-hak yang secara hukum diberikan untuk melindungi nilai ekonomi bagi usaha-usaha kreatif.
Jenis-jenis perlindungan terhadap HKI meliputi :
1. Patent (Patents),
2. Hak Cipta (Copy Rights),
3. Merek (Trademarks),
4. Disain Industri (Industrial Designs),
5. Rahasia Dagang (Trade Secrets),
6. Indikasi Geografis (Geographical Indications),
7. Disain Tataletak Sirkuit Terpadu (Layout Design of Integrated Circuits) dan
8. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection).
Dari keterangan tersebut diatas, maka yang dinamakan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) tidak hanya berupa PATEN yang selama ini kita dengar. Sering terjadi Salah kaprah dengan istilah PATEN terhadap suatu obyek HKI, sebagai contoh apabila ingin melindungi kekayaan intelektual berbentuk sebuah lagu, maka untuk melindungi lagu tersebut dikatakan mematenkan lagu; melindungi merek, dibilang mematenkan merek; melindungi suatu desain, dibilang mematenkan desain. Seharusnya kata mematenkan hanya tepat digunakan jika kita ingin mendaftarkan invensi atau penemuan kita ke negara.
Invensi itu sendiri adalah suatu penemuan dalam bidang teknologi yang harus bersifat baru. Penemuan itu bisa berupa produk, alat, atau komposisi. Juga bisa berupa proses atau metode untuk pembuatan atau penggunaan suatu produk. Ada syarat-syarat lain yang nantinya membuat suatu invensi dapat digolongkan menjadi paten biasa atau paten sederhana.
Karena kata ‘mematenkan’ hanya bisa digunakan dalam lingkup paten, maka untuk perlindungan karya intelektual yang lain dapat disebut ‘mendaftarkan’.

Lebih rinci Jenis-jenis HKI dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Merk :
 adalah tanda yang berupa gambar, nama huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dlm kegiatan perdagangan barang dan jasa
2. Paten :
 adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
3. Disain Industri :
 adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberi kesan estetis dan dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk barang komuditas industri, atau kerajinan tangan.
4. Rahasia Dagang :
Adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu :
Adalah kreasi berupa rancangan tata letak tiga dimensi dari suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang didalam terdapat berbagai elemen sekurang-kurangnya satu elemen adalah elemen aktif yang saling berkaitan dibentuk terpadu dalam bahan semikonduktor .
6. Hak Cipta :
Adalah hak eksklusif bagi pencita atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
7. Perlindungan Varietas Tanaman :
Adalah hak khusus yang diberikan negara pada pemulia varietas tanaman dari sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, buah biji,sekurang-kurangnya satu sifat menentukan dan apabila diperbanyak tak mengalami perubahan (didaftar di (DEP. PERTANIAN))

C. Contoh HKI/HaKI1. Merek Dagang (Trade Mark)
• ''cap gajah jongkok TM''
• Rumah Makan Sederhana (''SA'' vs ''88'')
2. Service Mark (SM)
• ''Don't Leave Home Without It! SM''
• (nada) Intel Pentium
3. Rahasia Dagang
• Minuman
• Parfum
4. Paten
Beberapa contoh judul paten seperti seperti dibawah ini
• Mekanisme penghemat baterai
• Setir mobil yang dapat diatur posisinya
• Penghalang sinar matahari beserta cermin yang ada dibelakangnya
• Sistem pengapian mesin pembakaran dalam.
• Komposisi pelapis kaca samping
• Metode kontrol elektronik untuk kaca remote kontrol
• AC mobil
• Alat audio mobil
• Kantong pengaman udara untuk keamanan kendaraan.
• Mekanisme suspensi kendaraan
• Unit kontrol tenaga
5. Copyright (Hak Cipta)
a. Karya sastra: novel, esai, naskah film, puisi, dan sebagainya.
b. Karya musik: lagu, lirik, dan sebagainya.
c. Tari, pantomim: koreografi untuk tari, seperti balet atau tari modern, dan untuk pantomim, dan sebagainya.
d. Karya seni: lukisan, karya cetak, patung, komik, kaligrafi, perangkat panggung, seni atau kerajinan, dan sebagainya.
e. Karya arsitektur: rancangan arsitektur dan gedung-gedung.
f. Foto: foto, fotografer, dan sebagainya.
g. Program: program komputer, dan sebagainya.

Kategori-kategori ciptaan lain yang mendapat perlindungan hokum mencakup ciptaan yang dihasilkan dengan menerjemahkan, mengaransemen, mengubah atau mengadaptasi karya orisinal (ciptaan turunan = derivative work), dan ciptaan yang telah diperiksa dan diperbaiki, seperti ensiklopedia, kumpulan puisi, majalah, dan surat kabar (kompilasi).
(Buku Panduan Hak Cipta Asia, Maris :2006)

DOKUMEN PATEN (DESKRIPSI PATEN)

Struktur Dokumen Paten sesuai dengan ketentuan kantor Paten  Indonesia adalah sebagai berikut:
- Deskripsi, adalah penulisan secara lengkap dan jelas dari invensi sehingga   dapat dimengerti oleh orang yang ahli dibidangnya dan mencakup :
       - Judul
       - Bidang Teknik invensi
       - Latar Belakang Invensi
         - Ringkasan Invensi
            - Uraian Singkat Gambar (jika ada)
            - Uraian Lengkap Invensi
     -  Klaim
     - Gambar (jika ada)
     - Abstrak

Judul
      Judul seharusnya dinyatakan secara singkat dan jelas, serta menunjukkan bidang teknik yang dimaksud dalam uraian invensi terutama klaim mandirinya. 

Bidang Teknik invensi

         Bidang Teknik Invensi menjelaskan secara ringkas inti invensi yang  dimintakan perlindungan patennya. Biasanya Bidang Teknik invensi tidak lebih banyak dari judul dan kadang-kadang dimasukkan juga indikasi dari klaim-klaim mandirinya. 

Latar Belakang invensi
        Latar Belakang Invensi menjelaskan hal-hal yang berguna untuk pemahaman uraian dan penelusuran dokumen paten. Latar Belakang Invensi dapat berisi dokumen terdekat (invensi terdahulu yang paling relevan dengan invensi) yang telah diketahui oleh penemu sehingga orang yang membaca invensi ini akan dapat melihat apa kelebihan invensi dibandingkan dengan invensi terdahulu atau yang telah ada sebelumnya dan masalah yang bisa diatasi oleh invensi sekarang. Invensi terdahulu tidak harus selalu berupa dokumen paten, tetapi dapat juga berupa buku-buku teks, jurnal ilmiah, atau bahkan pengungkapan secara oral, misalnya pengungkapan dalam suatu seminar atau juga sesuatu yang dapat kita amati secara langsung. 

Ringkasan Invensi

      Ringkasan Invensi adalah menjelaskan invensi secara umum. Guna dari Ringkasan Invensi ini adalah untuk mengindikasikan apa inti dari invensi yang dapat mengatasi masalah yang ada dalam invensi terdahulu. Penyelesaian masalah yang sebenarnya tidak perlu diuraikan disini. Biasanya istilah yang digunakan dalam Ringkasan Invensi ini adalah susunan kata dalam klaim utama, atau jika klaim utama lebih dari satu, maka dapat disebutkan susunan kata yang ada pada masing-masing klaim mandiri. Ringkasan Invensi dapat juga mengindikasikan apa keuntungan yang diberikan invensi.

Uraian Singkat Gambar
          Bagian ini menjelaskan secara singkat keterangan dari gambar-gambar (Gambar 1 sampai dengan n), baik gambar perspektif, tampak atas, depan, samping, grafik, dan lain-lain. Gambar dijelaskan secara berurutan dengan keterangan singkat, contohnya:
          Gambar 1 adalah gambar perspektif dari cangkir pemanas dari invensi.
          Gambar 2 adalah gambar potongan melintang dari cangkir pemanas dari invensi.
Atau
Gambar 1 adalah grafik spektrum 1H NMR dari senyawa turunan resorsinol dari invensi, dibandingkan dengan grafik spektrum 1H NMR dari senyawa turunan resorsinol yang telah diketahui sebelumnya.

Uraian Lengkap Invensi
          Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting yang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Informasi harus secara cukup diberikan agar pembaca dengan keahlian biasa di bidangnya dapat melaksanakan invensi tersebut atau dapat mewujudkan invensi tersebut dalam bentuk yang sebenarnya. Pemohon sebaiknya mengungkapkan sebanyak dan seluas mungkin informasi yang berkaitan, karena penambahan hal-hal baru hanya diperkenankan dalam kondisi tertentu, misalnya hanya hal-hal yang bersifat memperjelas invensi, atau menambahkan data pendukung untuk menunjukkan kelebihan invensi dibandingkan invensi terdahulu. Sebagai contoh, dalam bidang kimia, farmasi dan bioteknologi, pemohon dapat mencantumkan sebanyak mungkin senyawa (puluhan dan bahkan sampai ratusan senyawa dalam satu permohonan paten) dari satu senyawa inti, asalkan contoh-contoh yang melengkapinya harus cukup mendukung hal tersebut.
Hal ini juga untuk mengantisipasi apabila pemeriksa paten menemukan dokumen pembanding yang relevan, masih dapat dicari celah-celah yang memungkinkan untuk mengamandemen invensi tanpa menambah feature baru dalam uraian.
Dalam bagian ini, penjelasan mengenai gambar yang diberikan secara singkat dalam Uraian Singkat Gambar, dijelaskan secara lebih rinci.
Selanjutnya, sebaiknya satu pemanfaatan invensi tersebut harus diungkapkan untuk menunjukkan bahwa invensi tersebut dapat diterapkan dalam industri. Pernyataan secara eksplisit bahwa suatu invensi dapat diterapkan dalam industri jarang diungkapkan dalam uraian, tetapi kadangkala pemohon menginginkan untuk mengungkapkannya apabila ada hal-hal yang dirasa perlu.

Klaim
          Bagian ini merupakan bagian yang terpenting dari dokumen paten, karena klaim adalah bagian dari invensi yang dimintakan perlindungannya.
Klaim terbagi dua yaitu: klaim mandiri (independent claim) dan klaim turunan (dependent claim).


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat klaim adalah sebagai berikut:
1.    Klaim harus didukung sepenuhnya oleh uraian (deskripsi). Deskripsi boleh lebih luas lingkupnya dari klaim, tetapi klaim tidak dapat lebih luas dari uraian.
2.    Orang yang membuat draft permohonan paten harus cermat dan hati-hati. Dalam sistem pemeriksaan substantif paten, dalam penilaian kebaruan, berlaku sistem, “yang luas  tidak dapat mengantisipasi kebaruan dari yang sempit” tetapi “yang sempit dapat mengantisipasi kebaruan dari yang luas”. Dengan demikian, klaim harus cukup luas untuk memperluas lingkup perlindungannya tetapi harus cukup sempit agar kemungkinan terantisipasi oleh dokumen pembanding dapat dieliminasi.

3.    Klaim tidak boleh memuat gambar, kecuali apabila tidak dimungkinkan. Contoh: senyawa kimia

4.    Klaim juga tidak boleh merujuk pada uraian atau contoh-contoh yang ada dalam uraian.

BERSAMBUNG.....

Diagram pengurusan PATEN


Friday, February 03, 2012

MEDIA PEMBELAJARAN HURUF BRAILLE

Dosen Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Mashoedah berhasil menemukan media pembelajaran huruf braille dengan tombol tekan dan penyuaraan. Mashoedah menjelaskan, latar belakang menciptakan alat ini didorong oleh pembelajaran huruf braille di Indonesia yang masih sangat konvensional. Mayoritas metode pembelajaran bagi siswa tuna netra masih menggunakan peralatan sederhana seperti papan tulis braille (pantule). "Metode konvensional ini tidak membuat siswa mandiri karena harus selalu didampingi guru. Pada papan tulis braille mengandung faktor bahaya karena terbuat dari paku yang dapat terlepas,"ungkap Mashoedah yang menjadi juara II Tingkat Nasional Ajang Penemu TVRI.
Alat bantu braille ciptaannya itu terdiri dari beberapa push button (tombol tekan) jenis toogle, voice chip, dan mikrokontroller. Alat ini juga memiliki tiga cell huruf brail masing-masing terdiri dari enam titik untuk merepresentasikan huruf braille yang dapat menyuarakan kombinasi huruf abjad dari A-Z, kombinasi konsonan vokal dan angka 0-99. Proses kerja alat ini juga cukup memudahkan siswa tuna netra untuk belajar Huruf Braille.

Suara sapaan “Selamat Menggunakan Media Pembelajaran Huruf Braille” dan Instruksi pengoperasian muncul ketika media ini di ON-kan, sehingga indikator ON alat ini tidak berupa lampu yang menyala seperti perangkat elektronik biasanya, namun dalam bentuk suara yang lembut yang sudah direkam di media ini.

Pembelajar Huruf Braille akan mencoba-coba kombinasi huruf Braille dan menekan tombol MAIN (PLAY) untuk memahami konfogurasi huruf Braille apa yang telah ia atur. Setelah menekan tombol Main(Play), maka muncul suara yang sesuai kombinasi huruf Braille tersebut. Tambahnya. Alat ini sangat ringan dan portable. Alat ini pun dilengkapi sumber dari daya baterai yang tidak terlalu merepotkan siswa tuna netra. Mashoedah menjelaskan keuntungan yang diperoleh dari alat ini adalah siswa lebih mandiri dalam belajar. Tak hanya itu, kegiatan belajar dapat dibarengi dengan kegiatan bermain. "Harapannya, apabila alat ini dapat diproduksi massal, anak-anak tunanetra makin mudah belajar huruf braille yang akhirnya bisa menambah wawasan mereka, "katanya sembari memamerkan hak paten karyanya.



lihat video media Braille

Thursday, May 28, 2009

SCORING BOARD

Sudah hampir satu tahun lebih membantu TVRI dan Diknas DIY dalam menyediakan perangkat scoring board untuk acara Kuis Cerdas, dibantu dengan mahasiswa2 ku mengimplentasikan sistem untuk Scoring Board.
Display Scoring Board menggunakan Pemrograman VB, sedangkan untuk Tombol cepat tepat kami gunakan rangkaian digital, pernah juga kami gunakan PLC. Penggunaan PLC lebih ringkas dan simple tinggal program sambungin kabel dan jalan. Ada beberapa tampilan scoring board yang bisa dimainkan, disamping adalah tampilan scoring board dengan model background gelap.

Background Gelap, Tampilan Total Babak
Tambahan menu pada scoring board mengijinkan kita utk mengatur beberapa option yang ada misal : timer per babak, nilai per babak, nilai total, juga ada nilai untuk babak tambahan apabila terjadi nilai sama pada peserta, tanda suara awal babak dan akhir, dan beberapa fitur yang lain yang bisa ditambahkan sesuai dengan aturan perlombaan. Sistem juga dapat digunakan perlombaan-perlombaan yang membutuhkan scoring board (dibidang Olah Raga, banyak sekali), tinggal aturan mainnya bagaimana disepakati, kemudian bisa kita ubah sesuai aturan permainan.

Tampilan dengan background cerah, tampilan babak 1


Nur Budiono, salah satu mahasiswaku yang sering bantu di studio


Saat pertandingan berlangsung

The Legibility of: Braille Letters In The Use Of Microsoft Word As Braille Editor With Dot Matrix Printer As A Braille Embosser

By: Mashoedah, MT, Yogyakarta State University, Electronics Department
ABSTRACT
This research is aimed at (1) getting Braille editor by employing word processor, Microsoft word 2000, (2) getting an alternative of cheap and portable braille embosser by modifyng hardware printer LX-800, and (3) testing the legibility of Braille letters of the Microsoft word editor after being printed by using dot matrix printer modified to be Braille embosser.
The research items are letters, numbers, punctuation marks, simple mathematical symbols and simple Indonesian sentences which have been printed by using printer LX-800 as the embosser with word processing of Microcoft Word 2000 as the braille editor. The data collection is conducted by observing the appearance of the Braille letters and by testing the legibility of the braille letters, numbers and punctuation marks in the blind people and then matching them with the Indonesian Braille code, and testing the legibility of the Indonesian sentences using the braille letters afterwards. Finally, the legibility tabulation of the braille letters is made.
The research results show that Microsoft word can be used as Braille editor by employing the application program of Visual Basic for application (VBA) embedded in the application of Microsoft word. VBA programming is done by macro recording some editing steps in the application of Microsoft word. The editing steps recorded are the steps of FindReplace, Format Font and Print. The braille letters are obtained by installing the braille font in the aplication of Microsoft Word. Besides the process of macro recording, the editing of the program code of the recording result is also conducted. Meanwhile, printer LX 800 can be used as braille embosser by modifying the the direction of the print printer and adding it with vinyil coat on the platen printer. The result of testing the appearance on the monitor show that the conversion of the latin letters to the Braille ones is in line with the guidelines of writing Indonesian Braille. Moreover, the result of testing the legibility of braille letters in the blind people show that the format of the legible Braille letters is the font size = 28 point, font style = Bold, line spacing = double, and character spacing = expanded 4 ppt. The paper that can be used is white Padalarang paper.
In conclusion, Microsoft word can be used as Braille editor with printer LX-800 as the embosser.


Key words: Braille, embosser, font

Tuesday, September 09, 2008

Bapakku Seorang Pejuang '45






Panggul Senjata untuk merah putih.

Bapakku Seorang Pejuang '45






Ini adalah foto-foto Jaman dulu yang aku ambil dari lembar cerita perjuangan bapakku di tahun 45 sd 60an.

Monday, September 08, 2008

PENERAPAN SOFTWARE TEXT TO SPEECH DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH SPEAKING

Dalam silabus mata kuliah speaking Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2007 disebutkan bahwa :
“Speaking is one of important skills of English that must be acquired by the students of English Education Department, Faculty of Language and Arts, Yogyakarta State University. The acquisition of this skill will enable students to actively engage in oral communication during and upon their completion of their study. In order to acquire this skill, each student must attend 4 speaking courses (Speaking I – IV for English Education Study Program) and 5 speaking courses (Speaking I – V for English Letters Study Program). Each course offers different levels of complexities of speaking competencies, each of which mounts from casual and daily to sophisticated English language use.”

Dalam silabus tersebut dikatakan bahwa mata kuliah speaking terdiri dari empat level untuk Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, dan lima level untuk Program Studi Sastra Inggris. Level satu mata kuliah speaking pada kedua program studi ini sangat berpengaruh terhadap mata kuliah speaking pada level-level selanjutnya.

Permasalahan yang ada adalah, mahasiswa mata kuliah speaking level I sangat sering membuat kesalahan dalam mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Inggris dengan benar. Meskipun kriteria penilaian (Assessment Criteria) pada mata kuliah speaking I hanya terdiri atas Confidence, Fluency, dan Appropriateness dari peserta kuliah, tetapi kesalahan-kesalahan tersebut harus segera ada umpan balik (feed back) untuk menunjukkan letak kesalahan tersebut.

Banyak faktor yang membuat mereka sering membuat kesalahan pengucapan. Pertama, mahasiswa semester I belum menguasai simbol-simbol fonetis yang digunakan di kamus. Padahal kamus merupakan sumber yang akurat untuk mengecek ketepatan pengucapan kata. Faktor penyebab lain adalah dalam kegiatan berbicara mahasiswa sering kali tidak memiliki waktu cukup untuk melihat pengucapan suatu kata di dalam kamus. Namun, kadang-kadang mahasiswa juga sering kali malas untuk setiap kali membuka kamus untuk mengecek bagaimana suatu kata harus diucapkan. Hal terburuk yang sering terjadi adalah mahasiswa tidak memiliki kamus. Kalaupun mereka memilikinya, kamus tersebut bukanlah kamus yang baik dan lengkap.

Model yang sekarang ada dalam pembelajaran speaking adalah, mahasiswa diberi situasi , lalu mereka latihan berbicara berdasarkan situasi yang diberikan. Pada saat mahasiswa berbicara, Dosen diharapkan tidak menginterupsi pembicaraan mahasiswa walaupun terdapat banyak kesalahan pengucapan kata. Karena bila hal tersebut dilakukan, maka dikhawatirkan motivasi dan keberanian mahasiswa untuk berbicara menurun atau bahkan hilang. Dosen hanya dapat memberikan feedback setelah aktivitas berbicara berakhir.

Kekurangan dari model ini adalah Feedback dari dosen tidak dapat mencakup semua kesalahan yang dibuat mahasiswa. Karena tujuan utama pembelajaran Speaking I adalah membangun keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa untuk berbicara. Apabila dosen terlalu sering menunjukkan kesalahan mahasiswa, dikhawatirkan mereka tidak akan berani berbicara karena takut membuat kesalahan.

Perkembangan Komputer dan Teknologi Informasi sebenarnya dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan kekurangan pada pembelajaran speaking I di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Saat ini telah berkembang sebuah perangkat lunak (software) dengan nama Text to Speech produk dari Natural Software Reader. , yaitu sebuah program yang dapat digunakan untuk memperdengarkan pengucapan kata-kata yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Dengan melihat fasiltas-fasilitas yang ada pada softwareText to Speech dimungkinkan software ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran mata kuliah speaking I Bahasa Inggris.

Dengan menggunaan software Text to Speech diharapkan mahasiswa dapat secara mandiri mengatasi kesulitan pengucapan kata-kata Bahasa Inggris dengan mendengarkan pengucapan kata-kata yang mereka ketik sebelumnya sesuai dengan situasi yang diberikan oleh Dosen, dan menirukan kembali pengucapan tersebut tanpa harus malu dan kehilangan percaya diri.