Thursday, May 28, 2009

SCORING BOARD

Sudah hampir satu tahun lebih membantu TVRI dan Diknas DIY dalam menyediakan perangkat scoring board untuk acara Kuis Cerdas, dibantu dengan mahasiswa2 ku mengimplentasikan sistem untuk Scoring Board.
Display Scoring Board menggunakan Pemrograman VB, sedangkan untuk Tombol cepat tepat kami gunakan rangkaian digital, pernah juga kami gunakan PLC. Penggunaan PLC lebih ringkas dan simple tinggal program sambungin kabel dan jalan. Ada beberapa tampilan scoring board yang bisa dimainkan, disamping adalah tampilan scoring board dengan model background gelap.

Background Gelap, Tampilan Total Babak
Tambahan menu pada scoring board mengijinkan kita utk mengatur beberapa option yang ada misal : timer per babak, nilai per babak, nilai total, juga ada nilai untuk babak tambahan apabila terjadi nilai sama pada peserta, tanda suara awal babak dan akhir, dan beberapa fitur yang lain yang bisa ditambahkan sesuai dengan aturan perlombaan. Sistem juga dapat digunakan perlombaan-perlombaan yang membutuhkan scoring board (dibidang Olah Raga, banyak sekali), tinggal aturan mainnya bagaimana disepakati, kemudian bisa kita ubah sesuai aturan permainan.

Tampilan dengan background cerah, tampilan babak 1


Nur Budiono, salah satu mahasiswaku yang sering bantu di studio


Saat pertandingan berlangsung

The Legibility of: Braille Letters In The Use Of Microsoft Word As Braille Editor With Dot Matrix Printer As A Braille Embosser

By: Mashoedah, MT, Yogyakarta State University, Electronics Department
ABSTRACT
This research is aimed at (1) getting Braille editor by employing word processor, Microsoft word 2000, (2) getting an alternative of cheap and portable braille embosser by modifyng hardware printer LX-800, and (3) testing the legibility of Braille letters of the Microsoft word editor after being printed by using dot matrix printer modified to be Braille embosser.
The research items are letters, numbers, punctuation marks, simple mathematical symbols and simple Indonesian sentences which have been printed by using printer LX-800 as the embosser with word processing of Microcoft Word 2000 as the braille editor. The data collection is conducted by observing the appearance of the Braille letters and by testing the legibility of the braille letters, numbers and punctuation marks in the blind people and then matching them with the Indonesian Braille code, and testing the legibility of the Indonesian sentences using the braille letters afterwards. Finally, the legibility tabulation of the braille letters is made.
The research results show that Microsoft word can be used as Braille editor by employing the application program of Visual Basic for application (VBA) embedded in the application of Microsoft word. VBA programming is done by macro recording some editing steps in the application of Microsoft word. The editing steps recorded are the steps of FindReplace, Format Font and Print. The braille letters are obtained by installing the braille font in the aplication of Microsoft Word. Besides the process of macro recording, the editing of the program code of the recording result is also conducted. Meanwhile, printer LX 800 can be used as braille embosser by modifying the the direction of the print printer and adding it with vinyil coat on the platen printer. The result of testing the appearance on the monitor show that the conversion of the latin letters to the Braille ones is in line with the guidelines of writing Indonesian Braille. Moreover, the result of testing the legibility of braille letters in the blind people show that the format of the legible Braille letters is the font size = 28 point, font style = Bold, line spacing = double, and character spacing = expanded 4 ppt. The paper that can be used is white Padalarang paper.
In conclusion, Microsoft word can be used as Braille editor with printer LX-800 as the embosser.


Key words: Braille, embosser, font

Tuesday, September 09, 2008

Bapakku Seorang Pejuang '45






Panggul Senjata untuk merah putih.

Bapakku Seorang Pejuang '45






Ini adalah foto-foto Jaman dulu yang aku ambil dari lembar cerita perjuangan bapakku di tahun 45 sd 60an.

Monday, September 08, 2008

PENERAPAN SOFTWARE TEXT TO SPEECH DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH SPEAKING

Dalam silabus mata kuliah speaking Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2007 disebutkan bahwa :
“Speaking is one of important skills of English that must be acquired by the students of English Education Department, Faculty of Language and Arts, Yogyakarta State University. The acquisition of this skill will enable students to actively engage in oral communication during and upon their completion of their study. In order to acquire this skill, each student must attend 4 speaking courses (Speaking I – IV for English Education Study Program) and 5 speaking courses (Speaking I – V for English Letters Study Program). Each course offers different levels of complexities of speaking competencies, each of which mounts from casual and daily to sophisticated English language use.”

Dalam silabus tersebut dikatakan bahwa mata kuliah speaking terdiri dari empat level untuk Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, dan lima level untuk Program Studi Sastra Inggris. Level satu mata kuliah speaking pada kedua program studi ini sangat berpengaruh terhadap mata kuliah speaking pada level-level selanjutnya.

Permasalahan yang ada adalah, mahasiswa mata kuliah speaking level I sangat sering membuat kesalahan dalam mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Inggris dengan benar. Meskipun kriteria penilaian (Assessment Criteria) pada mata kuliah speaking I hanya terdiri atas Confidence, Fluency, dan Appropriateness dari peserta kuliah, tetapi kesalahan-kesalahan tersebut harus segera ada umpan balik (feed back) untuk menunjukkan letak kesalahan tersebut.

Banyak faktor yang membuat mereka sering membuat kesalahan pengucapan. Pertama, mahasiswa semester I belum menguasai simbol-simbol fonetis yang digunakan di kamus. Padahal kamus merupakan sumber yang akurat untuk mengecek ketepatan pengucapan kata. Faktor penyebab lain adalah dalam kegiatan berbicara mahasiswa sering kali tidak memiliki waktu cukup untuk melihat pengucapan suatu kata di dalam kamus. Namun, kadang-kadang mahasiswa juga sering kali malas untuk setiap kali membuka kamus untuk mengecek bagaimana suatu kata harus diucapkan. Hal terburuk yang sering terjadi adalah mahasiswa tidak memiliki kamus. Kalaupun mereka memilikinya, kamus tersebut bukanlah kamus yang baik dan lengkap.

Model yang sekarang ada dalam pembelajaran speaking adalah, mahasiswa diberi situasi , lalu mereka latihan berbicara berdasarkan situasi yang diberikan. Pada saat mahasiswa berbicara, Dosen diharapkan tidak menginterupsi pembicaraan mahasiswa walaupun terdapat banyak kesalahan pengucapan kata. Karena bila hal tersebut dilakukan, maka dikhawatirkan motivasi dan keberanian mahasiswa untuk berbicara menurun atau bahkan hilang. Dosen hanya dapat memberikan feedback setelah aktivitas berbicara berakhir.

Kekurangan dari model ini adalah Feedback dari dosen tidak dapat mencakup semua kesalahan yang dibuat mahasiswa. Karena tujuan utama pembelajaran Speaking I adalah membangun keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa untuk berbicara. Apabila dosen terlalu sering menunjukkan kesalahan mahasiswa, dikhawatirkan mereka tidak akan berani berbicara karena takut membuat kesalahan.

Perkembangan Komputer dan Teknologi Informasi sebenarnya dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan kekurangan pada pembelajaran speaking I di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Saat ini telah berkembang sebuah perangkat lunak (software) dengan nama Text to Speech produk dari Natural Software Reader. , yaitu sebuah program yang dapat digunakan untuk memperdengarkan pengucapan kata-kata yang ditulis dalam Bahasa Inggris. Dengan melihat fasiltas-fasilitas yang ada pada softwareText to Speech dimungkinkan software ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran mata kuliah speaking I Bahasa Inggris.

Dengan menggunaan software Text to Speech diharapkan mahasiswa dapat secara mandiri mengatasi kesulitan pengucapan kata-kata Bahasa Inggris dengan mendengarkan pengucapan kata-kata yang mereka ketik sebelumnya sesuai dengan situasi yang diberikan oleh Dosen, dan menirukan kembali pengucapan tersebut tanpa harus malu dan kehilangan percaya diri.

MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTEK ELEKTRONIKA DIGITAL MODEL BRIEFCASE TERPADU

Semakin tingginya tuntutan relevansi pendidikan dan kebutuhan tenaga industri mengakibatkan berbagai konsep pengembangan yang berhubungan dengan kurikulum, materi, media pembelajaran, metoda, dan strategi pembelajaran. Kurikulum didefinisikan sebagai satu rencana yang dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar. Salah satu diantaranya yang sekarang menjadi kebijakan adalah kurikulum berbasis kompetensi, dimana kompetensi yang dibutuhkan dirumuskan secara jelas dengan tolok ukur jelas.
Pada Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun 2004 disebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu yang memiliki ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten. Lulusan yang berkompetensi hanya dapat dihasilkan dari suatu proses yang didukung komponen-komponen penunjang yang sesuai. Komponen-komponen penunjang tersebut antara lain meliputi pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi serta daya dukung peralatan yang ada di laboratorium.
Berdasarkan kurikulum SMK pada Bidang Elektronika Industri terdapat mata diklat elektronika yang terdiri dari elektronika analog dan elektronika digital. Mengacu pada kompetensi keahlian dan level kualifikasi keahlian teknik elektronika industri maka proses pembelajaran elektronika digital dituntut untuk mampu memberikan ketrampilan berkarya bagi setiap peserta didik. Agar tujuan di atas tercapai diperlukan suatu unit praktikum yang mampu untuk digunakan sebagai media pembelajaran praktek. Kenyataan yang ada di SMK, masih banyak laboratorium yang belum memiliki unit praktikum untuk elektronika digital, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : biaya, tempat, kepraktisan, serta kelengkapan unit praktikum sebagai media pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dari situs http://www.dikmenjur.go.id/ disebutkan bahwa “Dalam rangka mendukung peningkatan mutu Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pemerintah akan mengadakan peralatan Pendidikan SMK sesuai dengan tuntutan Kompetensi dan perkembangan ilmu dan teknologi”. Peralatan pendidikan SMK tersebut diharapkan merupakan produksi lokal, ataupun teknologi pengganti (subtitution technology). Dan pada tahun 2007 ini dikmejur melalui web site-nya http://www.dikmenjur.go.id/ menawarkan pada penyedia jasa peralatan SMK untuk memberikan informasi peralatan yang dapat digunakan di SMK.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami peneliti di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika melalui program penelitian IPTEK yang ditawarkan oleh Lembaga Penelitian UNY merencanakan akan meneliti tentang desain ”Media Pembelajaran Praktek Elektronika Digital Dengan Model Briefcase Terpadu”. Briefcase terpadu yang kami teliti dirancang untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan fasilitas lengkap , tidak memerlukan tempat luas, praktis penggunaannya karena semua fasilitas sudah tersedia dalam satu cashing dan mudah dibawa , serta dilengkapi dengan modul pembelajaran untuk praktek elektronika digital. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat mengatasi masalah yang selama ini dihadapi oleh SMK dalam masalah penyediaan media pembelajaran untuk praktek Elektronika Digital dan masalah ketersediaan ruang lab untuk praktikum.

Media Pembelajaran Huruf Braille

Didalam http://pustaka.ut.ac.id/learning.php? tentang Pengantar Pendidikan Luar Biasa disebutkan bahwa Tunanetra sebagaimana orang awas lainnya, membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena adanya gangguan penglihatan, Tunanetra membutuhkan layanan khusus untuk merehabilitasi kelainannya, yang meliputi: latihan membaca dan menulis huruf Braille, penggunaan tongkat, orientasi dan mobilitas, serta latihan visual/fungsional penglihatan. Sedangkan strategi pembelajaran bagi tunanetra; pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran bagi orang awas, hanya dalam pelaksanaannya memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima/ditangkap oleh tunanetra melalui indera-indera yang masih berfungsi.
Media Pembelajaran yang diterapkan pada anak-anak tunanetra di beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) meliputi: alat bantu menulis huruf Braille (reglet, pen dan mesin ketik Braille); alat bantu membaca huruf Braille (papan huruf dan optacon); alat bantu berhitung (cubaritma, abacus/sempoa, speech calculator), serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder.
Khusus Alat bantu membaca huruf Braille adalah alat bantu pembelajaran untuk mengenal huruf Braille alat ini biasa disebut pantule singkatan dari Papan Tulis Braille. Alat ini terdiri dari paku-paku yang dapat ditempel pada papan sehingga membentuk kombinasi huruf Braille, seperti laci atau kotak peti, terbuat dari papan dengan lubang-lubang tempat memasukkan pin-pin logam. Salah satu kelemahan Pantule ada pada pinnya yang terlepas dari papannya, sehingga kerap hilang. Selain itu, ukurannya yang relatif besar dan terbuat dari papan membuatnya berat untuk dibawa-bawa.